Jumat, 09 Desember 2011

Part II

“Acara Bikin Spanduk ala Anak STABILIZER”

Hari itu Pak Safar”uddin” mendatangi semua kelas X dan XI (untuk kelas XII, kasian banget nggak diajak-ajak haha mav ya kakak) satu-persatu untuk memberitahukan bahwa akan dilaksanakan jalan santai pada hari kamis, kami pun disuruh membuat spanduk untuk memeriahkan gerak jalan tersebut. Awalnya kami para penghuni stabil berunding dimana kegiatan “buat spanduk” tersebut akan dilaksanakan, ada beberapa usulan yaitu di rumah Syam, Idha dan yang terakhir di rumah Ve (sekedar berita, orang yang mengusulkan hal tersebut, menyertai alasannya dengan konkrit mengapa mereka memilih rumah para kandidat yang telah disebutkan namanya di atas). Akhirnya kesepakatn akhir disetujuilah, kegiatan pembuatan spanduk akan dilaksanakan di rumah Ve. Dan teman-temanpun sepakat untuk memulai kegiatannya pada pukul 15:30. Tepat (sebenarnya banyak yang telat hehe) pada jam yang ditentukan para “manusia langka” tersebut  pun datang satu-persatu dengan berbagai stylenya masing-masing. Ada yang pake kerudung (yehey kerudungnyamii), ada juga yang tidak, ada pake celana panjang, celana puntung (untung tidak ada setan kepala puntung, eh salah maksudnya buntung mas J), ada yang pake rok (pop,dangdut, RnB, de-es-be), ada yang pake baju gelap, terang, warna-warni –pelangi kalee-, dan yang terakhir si “tuan rumah” sendiri pakai apakah diaa . . . eng .. ing .. eng .. eengg .. BAJU TIDUR (haha, kentara banget orang nggak mampu). Kembali ke masalah spanduk, karena yang datang masih belum terlalu banyak maka kami belum memulai kegiatan dan sambil menunggu “kepala suku” datang (Idha) makhluk langka yang belum pernah datang sedikitpun ke rumah Ve “menyempatkan” diri untuk berkeliling di sekitar rumah yang menurut sang empunya rumah sendiri mempunyai nilai sejarah yang (bla bla bla). Namun ada pun yang tinggal hanya duduk saja menunggu datangnya hidayah seperti Syam, Acha, Sakti dan Ika kei (tapi lebih sering dipanggil ika sua’).
Setelah semuanya telah datang, termasuk kepala suku maka kegiatan pun dimulai. Any dan Pety ditugaskan untuk pergi membeli kain spanduk di ... PASAR SENTRAL (pasar yang paling populer di kota Ve), dan sisanya ditugaskan untuk menggunting huruf-huruf yang telah dibuat, akhirnya setelah beberapa lama Any dan Pety pun datang membawa “belanjaan” mereka. Ternyata, spanduk yang di beli berwarna merah, lalu di putuskan juga warna tulisan yang dipakai adalah gold, Idha menugaskan dua anak cowok untuk membeli kertas marmer di toko terdekat (berhubung penulis lupa siapa saja yang ditugaskan untuk pergi membeli kertas marmer warna gold, jadi namanya tidak dituliskan, maaf yaa J).
Perlengkapan beres, alat dan bahan ada, tenaga kerja lengkap, tempat memadai, konsumsi ditanggung, jumlah tenaga tak terbatas, maka kegiatan pun berjalan sangat lancar, berhubung pada bagian atas telah disebutkan “konsumsi ditanggung” maka, kegiatan baru berjalan sepersekian detik atau menit, hidangan telah kosong melompong “diserbu” oleh para demonstran yang kelaparan, hahay :D.

Bahkan ada yang tidak dapat (maaf bagi yang tidak dapat, karena persediaan terbatas meskipun itu ditanggung hehe). Kegiatan pun berlanjut hingga malam hari (bahkan tengah malam), di tengah lampu remang-remang para anak-anak STABILIZER berjuang dengan semangat 45’ untuk menyelesaikan tugas yang sungguh membebankan (karena esok harinya akan dilaksanakan ulangan harian yang meliputi dua gelombang, lalu ada peer yang “perintahnya” tak tanggung-tanggung, wawancara orang sukses boo, tapi berhubung semua memegang teguh kebersamaan dan kekompakan maka cara amannya adalah tidak belajar dan tidak mengerjakan peer sama sekali, kami pun mempunyai motto –sumber: Muh.Haris- yaitu semua tidak kerja pr, maka semuanya harus dihukum, enak banget buat yang ngomong, 100 daah, tarik mang.
Waktu telah menunjukkan pukul 20.00 WITA, perut pun sudah pada keroncongan dan tenaga kerjapun telah gugur satupersatu akibat dicari oleh orang tua masing-masing. Lalu, salah satu teman Ve yang agak gokil yaitu Dhani mempunyai ide, dia meminta para anak STABILIZER yang masih tersisa agar mengumpulkan uang sebesar Rp 1.000,- entah untuk membeli apa, setelah semua uang terkumpul, diapun melesatkan motor bebeknya menuju tempat yang dimaksud “penjual gorengan”, setelah kembali dengan sekantong gorengan, para “makhluk langka” itupun langsung menyerbu gorengan yang dibeli tadi (maklum demonstran kelaparan) dan dengan sekejap gorengan habis tak tersisa. Semangat kembali membara, sambil bercerita, ketawa-ketiwi, bermain atau bahkan foto-foto (dasar gifoo ...) para anak-anak stabil melanjutkan pekerjaannya kembali yang tadi tertunda karena pembagian harta gorengan. Setelah cukup lama bekerja, penyakit akut kembali menerjang, perut para STABILIZER kembali keroncongan (yang punya rumah tidak tanggung jawab nih, dasar pelit!!!), lalu kembali dilakukan pemungutan biaya untuk membeli gorengan yang lebih banyak. Setelah kembali, Ve cs kembali menyerbu gorengan yang dibeli oleh Dhani –kali ini bersama Ebiet- dengan kejapan mata, gorengan kembali ludes, para “makhluk langka” telah kehabisan dana, akhirnya mereka kembali bekerja, demi menghilangkan rasa lapar merekapun mengisinya dengan bercanda dan tertawa bersama-sama.
Setelah lama berjuang spandukpun selesai. Spanduk dengan tulisan “GERAK JALAN HARI JADI SUL-SEL DAN DISIPLIN TERTIB LALU LINTAS” yang berlatar merah dan bertuliskan dengan warna keemasan (Keren banget :D). Tahap akhir adalah pemasangan bambu pada kedua sisi spanduk. Dan, karena setiap pekerjaan harus diserahkan pada ahlinya maka, pemasangan bambu pada spanduk harus diserahkan pada orang yang telah berpengalaman yaitu Ebiet “G.Ade” prok..prok..prok...
Semuanya telah selesai, dan semuanya telah bersiap-siap untuk pulang (untuk Idha, Nanda, “teteh” Lisa, Unhi, dan semuanya makasih sudah beresin rumah Ve). Tapi, dimulailah babak “petualangan” ke dunia lain. Sang kepala suku mulai bercerita “eh... tahu tidak, dekat rumahnya Haris itu, ada yang sudah gantung diri loh”. Yang tadinya “sibuk” tertawa jadi terdiam. Namun Nanda tidak percaya, “ah, masa sih Idha??? Perasaan tidak ada”, “serius!!!” timpal Idha.

Nanda pun menanyai Haris (sekedar berita: mereka berdua saudara sepupuan), “Haris, benar yang dibilang Idha??? Tidak kan???” “tidak” jawab haris singkat dari seberang sono. Berawal dari cerita itu, lalu muncullah cerita-cerita horor yang lain dalam berbagai versi. Para anak-anak mulai takut pulang sendiri. Ada yang menelpon ayahnya untuk datang menjemput di rumah Ve agar dia tidak pulang sendiri (padahal bawa kendaraan sendiri loh), ada yang langsung menelpon ke rumahnya agar langsung dibukakan pintu pagarnya (ceritanya kalau pulang langsung masuk halaman rumah jadi, tidak berhenti untuk buka pagar dulu, jadi yang tutup pagarnya siapa???), lalu ada Sakti yang rumahnya searah dengan Nanda cieee ... prikitew, juga pengen nebeng di belakang motor papanya Nanda (ketahuan banget takutnya), bahkan Zul’e’ bilang “aduh, jangan cerita yang horor-horor dong, kalau begini mending saya bermalam saja dirumah Ve” (anak cowok masa takut sama cerita horor??? Huuuu :P). Apalagi didekat rumahnya Zul’e’ ada sepasang kekasih yang baru saja meninggal karena kecelakaan, (kepalanya hancur, jari-jarinya hampir putus, hiiy lebay nih). Setelah sekian lama mereka bergelut dengan “dunia seremnya”, ternyata telah memakan banyak korban, mereka takut pulang sendiri apalagi rata-rata naik motor dan ditambah lagi suasana rumah Ve yang mendukung (gelap gulita di bagian samping). Nanda pun menyarankan “fren, kalau naik motor malam-malam jangan coba-coba melihat ke belakang menggunakan kaca spion” dan hasilnya saran diterima dengan tangan terbuka. Suasana pun reda, tapi lama-kelamaan Yudhi mulai menceritakan lagi cerita horor, kali ini dengan mimik wajah yang serius dan sok seru, dan langsung tanpa diperintah semua anak-anak mempelototi dan meneriaki Yudhi agar dia menghentikan cerita seramnya. Ve berkata “Yudhi kalau mau cerita serem, mending besok pagi saja” (yaiyalah, kalau pagi mah nda’ papa atuh, wong orang-orang nggak pada ngerasain sensasinya, cieelah sensasi).
Akhirnya, tugas terselasaikan, masalah setan pun terselesaikan. Dan karena hari sudah sangat malam, maka pemasangan bambu pada (kedua sisi) spanduk ditunda. Dan akan dilanjutkan besok pagi oleh penyanyi kondang Ebiet “G.Ade” J, (nyanyi? Nggak lah).
                                                                                                                                                                                                                                  

0 komentar:

Posting Komentar

 
;