Jumat, 09 Desember 2011

Part III

“Esoknya . . .”

Esoknya, pagi-pagi sekali (di saat Ve belum selesai “berdandan” uek), Ebiet telah datang dan berusaha dengan sekuat tenaga memanggil dengan sisa suara yang dimilikinya. Dia datang bersama salah seorang pelawak tersohor “Zule’” prok..prok..prok.. (mav Dzul . . .). setelah dirasa lama menunggu, akhirnya Ve keluar juga, pengerjaan bambu pun di laksanakan. Bambu sudah terpasang, tugas selanjutnya adalah memperbaiki tampilan spanduk yang masih dianggap kurang dan (huruf) belum sepenuhya menempel pada kain spanduk.
Para anak-anak telah berkumpul di rumah Ve, namun sebagian dari yang lainnya memilih berkumpul di sekolah untuk mendengar berita atau kabar mengenai “gerak jalan” yang akan dilaksanakan pada hari itu. Ternyata, kabar dari skullah mengatakan bahwa semua yang telah “diutus” untuk mengikuti gerak jalan berkumpul di sekolah untuk didaftar. Akhirnya setelah mendapat laporan dari lapangan, semua bergegas untuk segera berangkat ke sekolah, akan tetapi, karena persediaan kendaran terbatas maka  sisanya adalah Fitri dan “teteh” Lisa. Mereka pun pasrah menunggu hingga jemputan datang  menghampiri. Para anak-anak (termasuk Ve) berangkat bersama-sama ke sekolah, dan TERNYATAA ketika sampai di sekolah, tak ada yang “mendesak”  (huuu :P).
Kami pun berangkat bersama-sama ke lapangan, dengan JALAN KAKI (miskin bangeeet ...), -“teteh” Lisa dan Fitri kamana’ atuh???- ternyata, setelah sampai di sekolah tak satupun  makhluk langka  yang mengingat mereka berdua, dan hasilnya tinggallah mereka berdua kering kerontang di rumah Ve. (untung mereka punya inisiatif untuk menyusul rombongan ke lapangan). Setibanya di lapangan, dan ternyata lagi para anak-anak diperintahkan untuk bergerak jalan ria (padahal infonya, jalan santai malas dee).
Semua telah bersiap-siap untuk memulai acara (mulai dari seksi acara, panitia hingga “peserta”), bendera startpun mulai digerak-gerakkan ke atas, ke bawah, samping (kanan, kiri, entah ke samping apalagi mereka menggerak-gerakkan bendera tersebut). Tibalah giliran barisan para anak-anak STABIL untuk memulai “perjalanan”. Baru dilihat dari barisannya saja, sudah hancur (gimana mau dapat juara???), namun para penghuni STABIL cuek bebek abiis, mereka hanya berfikir –mau dapat juara terserah, tapi kalau dapat sukuur-, sepanjang jalanpun mereka tertawa, teriak-teriak (kayak tarzan) tanpa memperdulikan kegiatan apa yang sedang mereka ikuti.


0 komentar:

Posting Komentar

 
;